“Mereka berebut kuasa, mereka menenteng senjata, mereka menembak rakyat, tapi kemudian bersembunyi di balik ketek kekuasaan.”
-Potongan orasi (Alm.) Munir yang juga dijadikan intro lagu Homicide berjudul Rima Ababil-
Peringatan Hari Hak Asasi Manusia
10 Desember setiap tahunnya selalu diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia. Hari yang tepat untuk merayakan secara penuh bebasnya menjadi seseorang yang merdeka akal budi, setidaknya selama kita masih berada di sini. Hak Asasi Manusia selalu menjadi masalah yang mengakar kuat di sini. Sementara itu, tak henti-hentinya kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi dalam beberapa dekade ke belakang. Beberapa kasus ditangguhkan, dan sebagian besar menguap tanpa meninggalkan sebutir apapun.
Lomba Orasi
Ada inisiatif yang menarik dari Polri untuk ikut memperingati Hari HAM yang akan datang pada Desember tahun ini. Setelah sebelumnya mengadakan lomba mural, tahun ini institusi yang (katanya) paling gemar menendang bokong mahasiswa anarko ini kembali mengadakan lomba, kali ini orasi bertemakan hak asasi dalam Piala Kapolri 2021. Lomba yang akan digelar pada 10 Desember 2021 tersebut diadakan untuk memperingati Hari HAM sedunia. Diberitakan oleh Tempo, dalam lomba ini, Polri mengangkat tema Memperingati Hari Hak Asasi Manusia. Penyelenggara mengatakan akan membebaskan peserta menyampaikan orasi berisi kritik dan masukan. Sedangkan tujuan dari lomba ini adalah untuk menunjukkan komitmen Polri untuk menghargai aspirasi dari masyarakat juga sebagai media saluran edukasi.
Yep, seakan kita masih memerlukan afirmasi pemegang otoritas untuk bersuara, seakan HAM di sini tidak memiliki histori gelap, satu perjuangan yang dikontestasikan dalam bentuk lomba? Konyol, teramat konyol bila dipikir. Atau, sangat masuk akal bila mereka memang menghargai satu cita-cita kemerdekaan hak asasi dengan baton dan pentung rotan. Barangkali kita perlu mengingat kembali ketika (ehm, oknum) polisi mengkriminalisasi Dandy Dwi Laksono, sutradara sekaligus aktivis yang ditangkap pada September 2019. Atau ketika Ananda Badudu, musisi yang diculik subuh hari karena berkontribusi dalam aksi protes mahasiswa terhadap revisi UU KPK. Lalu (Alm.) Munir Said Thalib, yang dibunuh dalam penerbangannya ke Belanda 2004 silam karena memperjuangkan kebebasan kita saat ini. Wiji thukul, yang diduga diculik hingga keberadaannya masih belum bisa diketahui hingga saat ini. Juga kepada ribuan kawan-kawan kita yang digunduli, ditelanjangi, serta mendapat ancaman langsung yang tidak akan cukup bila disebutkan di sini.
Semua ini terdengar tidak masuk akal, bukan? Nama-nama yang baru saja disebutkan adalah contoh kecil dari mereka yang dibunuh dan dipolisikan karena membela kebebasan kita. Juga teramat lucu bila kita pahami bahwa inisiator lomba adalah lembaga yang disebut Komnas HAM sebagai lembaga paling banyak diadukan dengan masalah hak asasi manusia sepanjang 2016–2020. Sebanyak 2.290 aduan pada tahun 2016, lalu 1.672 aduan pada 2017, lalu 1.670 pada tahun 2018, 1.272 pada tahun 2019 dan 1.122 pada tahun 2020.
Dari angka yang terbilang, hanya 65% yang dilanjutkan prosesnya. Kriminalisasi, aduan yang tidak diacuhkan, adanya penganiayaan dan proses hukum yang dinilai tidak sesuai prosedur merupakan beberapa alasan yang mendasari tidak berjalannya proses hukum aduan.
“Who do you call when the Police murder?”
“Who do you call when the murderer wears a badge?”
Kalimat tersebut merupakan coretan dinding yang terdapat di dua tempat berbeda. Yang pertama, dituliskan oleh protester di Hong Kong. Lalu yang kedua terdapat di papan yang ditulis oleh seorang saat saat pergerakan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat. Keduanya ditulis tanpa syarat dan dengan sepenuh hati, kami yakini itu.
Ketakutan akan rekam buruk penegakan Hak Asasi Manusia sangat bisa dilihat dari cara negara mengisahkan cerita lama. Kita bisa membaca lagi yang mereka telah sembunyikan di balik bongkah tangga Rumoh Geudong atau cerita lama pembantaian di Santa Cruz (Dili). Peristiwa kejahatan Hak Asasi Manusia semacam itu akan tetap terjadi selama negara tidak membuka diri terhadap noktah hitam sejarah, peristiwa-peristiwa yang dijadikan legenda urban. Seakan kejadian tersebut tidak nyata, tidak pernah hadir.
Lalu ke mana kita kudu mengadu saat penjamin Hak Asasi Manusia adalah pelanggarnya sendiri? Bahkan, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo sebagai panglima Polri mengakui bahwa benar, memang terdapat kewenangan aparat kepolisian yang bersinggungan dengan Hak Asasi Manusia. Kewenangan yang dimaksud di sini adalah adanya privilese bagi aparat kepolisian untuk menggunakan pendekatan letal bila skema nirkekerasan gagal dipraktekkan (Hah?). Lucu ya, Peduli setan buat pendekatan humanis, penting urusan kelar.
#TBL #TBL #TBL #TakutBangetLoh
Referensi:
Cempaka, M. (2021, April 7). Polri Jadi Lembaga Paling Sering Diadukan ke Komnas HAM 5 Tahun Terakhir. VICE. Retrieved November 30, 2021, from https://www.vice.com/id/article/z3vja8/polri-jadi-lembaga-paling-sering-diadukan-ke-komnas-ham-selama-2016-2020
Chan, S., & Chow, A. (2020, June 20). ‘Who do you call when the police murder?’ A new international front — Lausan. Lausan HK. Retrieved November 30, 2021, from https://lausan.hk/2020/who-do-you-call-when-the-police-murder/
CNN Indonesia. (2021, April 13). Kapolri: Kewenangan Polisi Kadang Langgar HAM tapi Dibenarkan. CNN Indonesia. Retrieved November 30, 2021, from https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210413122000-12-629194/kapolri-kewenangan-polisi-kadang-langgar-ham-tapi-dibenarkan
CNN Indonesia. (2021, November 20). Setelah Mural, Polisi Gelar Lomba Orasi Sambut Hari HAM Sedunia. CNN Indonesia. Retrieved November 30, 2021, from https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211120083022-20-723708/setelah-mural-polisi-gelar-lomba-orasi-sambut-hari-ham-sedunia
ETAN ORG. (n.d.). The Santa Cruz Massacre November 12, 1991. ETAN.org. Retrieved December 9, 2021, from http://etan.org/timor/SntaCRUZ.htm
Polres Malang. (2021, November 24). Polri Gelar Lomba Orasi Unjuk Rasa Peringati Hari HAM. Humas Polri. Retrieved November 30, 2021, from https://humas.polri.go.id/2021/11/24/polri-gelar-lomba-orasi-unjuk-rasa-peringati-hari-ham-4/
Raharjo, D. B. (2021, April 6). Dituduh Melanggar HAM, Polri Paling Banyak Diadukan ke Komnas HAM. Suara.com. Retrieved November 30, 2021, from https://www.suara.com/news/2021/04/06/153922/dituduh-melanggar-ham-polri-paling-banyak-diadukan-ke-komnas-ham
[1] Baton merupakan tongkat yang bisa digunakan untuk keperluan ofensif dan defensif bagi polisi. Biasanya terbuat dari kayu atau campuran plastik. Di beberapa kesempatan, anggota polisi Indonesia terlihat menggunakan kayu rotan sebagai pengganti baton kayu.
[2] Hari kematian Munir Said Thalib, 7 September, juga diperingati sebagai Hari Perlindungan Pembela Hak Asasi Manusia.