Nostalgia Anti Vaksin: Belajar dari Kisah Pemberantasan Penyakit Smallpox
Bukan pertama kalinya, dunia ini harus menghadapi penyakit yang sangat mematikan. Dalam perjalanan sejarah manusia, pernah ada sebuah penyakit smallpox yang telah membunuh sekitar 300 juta orang hanya di abad ke-19 saja dan diperkirakan telah bertahan selama 3000 tahun di dunia ini. Namun, penyakit ini telah hilang sepenuhnya dan kini tak pernah kita temui lagi sejak tahun 1978..
Ada yang mengatakan bahwa dunia ini hanyalah sejarah yang terus berulang, tetapi manusia tak kunjung belajar. Tak masalah jika kita sedikit melihat ke belakang untuk melangkah lebih jauh. Keberhasilan dalam memberantas penyakit smallpox seharusnya bisa menjadi semangat untuk terus percaya dengan kemajuan science yang telah dicapai hingga saat ini. Lantas, bagaimanakah kisah pemberantasan penyakit smallpox ini?
Smallpox: One of The Deadliest Disease Ever
Smallpox adalah penyakit cacar yang disebabkan oleh virus variola. Cacar yang disebabkan oleh smallpox berbeda dengan cacar yang kini kita kenal. Orang yang dahulu terkena cacar karena smallpox akan memiliki bekas luka yang permanen dan bahkan beberapa menjadi buta karena smallpox.
Penyakit ini telah bertahan selama ribuan tahun dan menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia. Di abad ke-19 saja, smallpox telah membunuh hingga 300 juta orang. Tiga dari sepuluh orang yang terjangkit penyakit ini tidak dapat bertahan lama dan harus menemui ajalnya. Angka kematian yang sangat tinggi menjadikan penyakit smallpox ini mendapatkan perhatian lebih dari World Health Organization (WHO). Berbagai upaya dilakukan untuk memberantas penyakit ini hingga pada akhirnya, penyakit ini benar-benar hilang dari bumi.
Nostalgia Anti-Vaksin
Penderitaan akibat penyakit smallpox lalu menjadi awal mula kemajuan science terutama di bidang kedokteran. Pada tahun 1796, dr. Edward Jenner mulai menyadari konsep dari vaksin setelah ia secara tak sengaja mengetahui orang yang terpapar cacar pada sapi, cowpox, memiliki perlindungan yang lebih kuat ketika terpapar penyakit smallpox. dr. Edward Jenner kemudian melakukan penelitian demi penelitian dan akhirnya menerbitkan publikasinya yang berjudul “On the Origin of the Vaccine Inoculation”. Sejak saat itu, praktik dari vaksinasi mulai dilakukan.
Perjalanan menggunakan vaksin sebagai senjata untuk melawan penyakit smallpox tidaklah mudah. Hambatan demi hambatan terus ditemui dalam proses vaksinasi. Seperti yang terjadi saat ini, penolakan vaksin juga telah terjadi di masa itu. Berbagai penolakan muncul dari para anti-vaksin, mulai dari argumen yang tidak benar mengenai proses penyebarannya hingga menggunakan pasukan bersenjata sebagai upaya untuk menggagalkan proses vaksinasi. Hal ini terjadi selama puluhan tahun sejak munculnya argumen dari para anti-vaksin di tahun 1882.
Melihat kondisi yang terjadi saat ini, seolah kita sedang bernostalgia dengan apa yang terjadi lebih dari 100 tahun yang lalu. Manusia selalu tak belajar dari masa lalu. Mereka lebih mementingkan ego dan ideologi mereka dibandingkan penemuan dan data yang secara jelas telah terbukti benar. Metode science adalah suatu penemuan terbesar dalam sejarah manusia untuk menguji kebenaran suatu asumsi, tetapi sekumpulan orang skeptis ini tetap saja kembali menjadi penghambat dengan terus memunculkan berbagai konspirasi tanpa bukti yang jelas.
The good thing about science is that it’s true whether or not you believe in it. ― Neil deGrasse Tyson
No More Smallpox
Pada 8 Mei 1980, World Health Organization (WHO) secara resmi menyatakan bahwa penyakit ini, smallpox, telah berhasil dimusnahkan setelah munculnya kasus terakhir pada tahun 1978. Dari 300 juta kematian hingga menghilang dari bumi, hal ini tentunya menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam dunia science, terutama di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Perjuangan para ilmuwan tidaklah mudah untuk bisa mencapai titik ini. Program vaksinasi smallpox sejatinya telah dimulai sejak tahun 1959, tetapi masih diperlukan lebih dari 20 tahun untuk memberantas penyakit ini hingga ke titik nol. Dalam prosesnya, berbagai hambatan terjadi karena kurangnya pendanaan, tenaga kesehatan, keseriusan dari berbagai negara, dan tentunya hambatan dari para anti vaksin.
Nothing in life is to be feared, it is only to be understood. Now is the time to understand more, so that we may fear less. — Marie Curie
Dari kisah ini, kita seharusnya bisa belajar bahwa harapan selalu ada di depan sana. Tak ada hasil yang instan. Butuh lebih dari 150 tahun sejak ditemukannya vaksin dan bahkan butuh lebih dari 20 tahun sejak program pemberantasan smallpox mulai digencarkan. Kemenangan para ilmuwan dengan keberhasilannya memberantas penyakit smallpox menjadi tamparan keras untuk mereka yang meragukan science dan lebih mengutamakan ego dan ideologi mereka.
Begitupun dengan kasus kita kali ini. Memang tidak akan mudah untuk menghentikan serangan pandemi akibat virus covid-19. Sekali lagi, tidak ada hasil instan yang bisa langsung kita rasakan. Yang harus kita pahami saat ini, para ilmuwan di luar sana sedang berjuang untuk menemukan penangkal serta perlindungan yang terbaik untuk kita semua. Tak hanya pemerintah, kita sebagai rakyat juga ikut bertanggung jawab dalam menjadikan dunia yang kita tinggali saat ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seharusnya dengan mengetahui hambatan-hambatan yang dahulu pernah terjadi, kita bisa belajar dan menjadi lebih cepat dalam menangani hal yang serupa meskipun tak sama seutuhnya.
Referensi:
Center for Disease Control and Prevention. (2021). History of Smallpox. Diakses dari: https://www.cdc.gov/smallpox/history/history.html
National Geographic. (2021). Smallpox: The disease, now eradicated, was once one of the world’s deadliest. Diakses dari: https://www.nationalgeographic.com/science/article/smallpox
Gorvett, Z. (2020). The deadly viruses that vanished without trace. BBC Future. Diakses dari: https://www.bbc.com/future/article/20200918-why-some-deadly-viruses-vanish-and-go-extinct
The College of Physicians of Philadelphia. (n.d.). Timeline | History of Vaccines. Diakses dari: https://www.historyofvaccines.org/timeline#EVT_111